Sunday, March 8, 2009

Gold rush

Tahun 1850-an di Australia dikenal sebagai gold rush - masa pencarian & penemuan emas besar-besaran. Kabar penemuan emas di Australia menyebabkan migrasi bangsa Eropa dan Asia terutama China ke Victoria. Banyak pemukiman dan kota baru lahir karena penambangan emas. Salah satunya kota Ballarat yang terletak 110km arah barat kota Melbourne. Ballarat dibangun dari emas hasil penambangan di Sovereign Hill - sebuah bukit emas disebelah selatan pusat kota. Bongkahan emas (nugget) terbesar kedua didunia ditemukan di Sovereign Hill pada musim dingin 1859. Emas seberat 67kg yang dikenal sebagai Welcome Nugget ini mempunyai kadar kemurnian 99,6% sehingga dihargai 10,050 pound sterling.

Hari ini Chika dan Caca napak tilas expedisi pencarian emas di Sovereign Hill bersama ratusan penambang emas amatir. Chika dan Caca semangat sekali mendulang emas di Red Hill Mine dimana Welcome Nugget ditemukan. Dengan harapan akan menemukan Welcome Nugget jilid 2, hi...hi. Chika menemukan "emas" dan menjualnya ke Waterloo Store - toko emas yang terletak dipinggir sungai. Seperti semua bangunan di Sovereign Hill, toko emas ini masih dipertahankan seperti aslinya, bahkan penjaga tokonya juga memakai baju ala 1850-an. Hasil 'penjualan emas" yang ditemukan Chika "dipakai" untuk beli es krim. Chika pilih rasa English Toffee kesukaannya, sementara Caca lebih suka menjilati permen Rasberry sampai mulutnya cemong gak karuan.

Walaupun saat ini sudah tidak ada emas lagi di Sovereign Hill, tetapi kota emas ini masih hidup, mungkin malah lebih ramai dari jaman gold rush tahun 1850-an. Bukan sebagai kota tambang emas tapi sebagai kota wisata. Tambang emas, gubuk tempat tinggal para pendulang, toko tempat jual beli emas, toko permen, es krim, pandai besi, kantor pos, bank, kereta kuda, bahkan pakaian "penduduknya" masih sama seperti tahun 1850-an. Tidak heran jika Sovereign Hill berhasil menyabet predikat Australian Tourism Awards.
Sambil menikmati es krim rasa abad ke-19, kami melihat proses peleburan emas di Gold Smelting Works. Emas dilebur di dalam tunggu panas suhu 1000 derajad Celcius dan dicetak menjadi batangan emas. Karena batangan emas ini berharga $140,000 hanya satu orang saja yang diperbolehkan memegangnya. Bagi yang ingin membeli perhiasan emas, disediakan di ruang sebelah dengan harga diskon. Ibu-ibu dan gadis-gadis langsung berbinar. Dari jauh kulihat Novy dan dua gadis kecilku juga tampak asyik di depan etalase. Ketika mereka menghampiriku dengan gusto, aku langsung ngeloyor pergi... perutku langsung mules, huek huekkkk.... Walaupun tidak berhasil menemukan Welcome Nugget jilid 2, Chika dan Caca tampak sangat gembira dengan beberapa batu quart dari hasil kerja kerasnya di pendulangan. Ketika mereka bertanya apakah kami menemukan emas, Novy bilang dia menemukan emas yang beratnya hampir sama dengan Welcome Nugget, namanya Mas Agus. Halah...!

Begonia Festival

Minggu pertama musim gugur. Suhu udara kembali normal 15-25oC. Hujan gerimis (orang Geelong menyebutnya spitting) juga mulai turun. Walaupun hanya beberapa puluh milimeter tetapi cukup untuk meredakan kebakaran yang menghanguskan Victoria dalam 3 minggu terakhir (lihat cerita tentang kebakaran di postingan Bushfire). Karena pemerintah mengumumkan bahwa kebakaran sudah reda, hari minggu ini kami jalan-jalan ke Ballarat - 90 km dari Geelong ke arah barat laut. Driving di Midland Highway A300 cukup menyenangkan, jalanan sepi sehingga kami dapat menikmati pemandangan dengan leluasa. Karena kekeringan, hanya kebun anggur yang tampak hijau. Hamparan padang rumput di peternakan sapi dan domba telah kering meranggas berwarna kuning kecoklatan. Tak heran sangat mudah terbakar. Apalagi pada saat musim panas ketika angin kencang dan suhu mencapai 45oC.

Setelah menempuh perjalanan selama 75 menit, kami tiba di kota Ballarat. Ballarat berasal dari bahasa Aborigin yang berarti tempat peristirahatan. Tujuan pertama kami adalah Begonia Festival di Botanical Garden. Ada 500 Begonia dari 150 varietas yang dipamerkan. Agak berbeda dengan Begonia koleksi Ibu di Malang yang tidak satupun berbunga, Begonia yang ada di pameran ini berbunga warna-warni ada merah, pink, orange, kuning, putih. Mungkin Begonia koleksi Ibu adalah varietas evergreen yang memang tidak berbunga. Gimana ya caranya ngirim Begonia dari Ballarat ke Malang? Ibu mertua pasti senang dapat tambahan koleksi Begonia. Kalo lihat photo Begonia yang warna-warni, Ibu mertua pasti langsung pengin ke Geelong. "Untung" Ibu mertua gaptek, gak pernah berkunjung ke blog ini. Jadi gak perlu repot-repot ngantar ke Ballarat, he...he.


Kami juga sempat naik tram “keliling” Lake Wendouree. Kebetulan hari ini tram gratis. Senang buanget dapat gratisan ... maklum keluarga mahasiswa. Menurut sejarah, pesisir Lake Wendouree merupakan tempat berkemah suku Wathaurong selama upacara adat. Tempat ini juga menjadi pusat perdagangan (barter hasil perburuan) suku Wathaurong yang tinggal di Ballarat dan sekitarnya. Kanguru, emu dan angsa hitam yang hanya ada di Australia sangat melimpah di Ballarat. Lake Wendouree dan sungai di sekitarnya juga kaya akan ikan salmon, whiting, mullet dan garfish. Kedamaian hidup suku Wathaurong ini sirna ketika kolonial Inggris datang dan merampas tanah adat mereka pada tahun 1835. Bukan hanya merampas hak orang Aborigin, orang Eropa juga menyebarkan penyakit flu dan cacar yang menyebabkan kematian masal suku Wathaurong. Lake Wendouree bukan hanya menjadi saksi bisu keserakahan kolonial Inggris tetapi juga menjadi bukti ganasnya perubahan iklim dan pemanasan global. Pada saat Olimpiade Melbourne tahun 1956, cabang dayung diselenggarakan di Lake Wendouree. Tetapi sekarang danau yang kaya akan sumber daya alam dan punya catatan sejarah panjang ini kering kerontang. Chika dan Caca bahkan sempat berlarian di tengah danau, bukan sulap bukan sihir! "Untung" danau ini ada di Austalia dimana fasilitas umum sangat dilindungi sehingga tidak dikapling-kapling menjadi perumahan mewah.



Cabang Dayung Olimpiade Melbourne 1956, photo didownload dari www.rowinghistory-aus.info