Tuesday, July 7, 2009

Ketika Penguin dan Anjing bermain bersama

Siang, sepulang dari tutor bahasa Indonesia di Drysdale Secondary College, aku singgah ke Newcomb Library karena ada beberapa buku yang harus kukembalikan. Seperti biasa aku melihat-lihat deretan buku di bagian masak-memasak atau merajut. Setelah mendapat buku “Cookies, Muffins and Cakes” aku beralih ke deretan buku-buku psikologi. Ada sebuah buku yang menarik perhatianku: Every Child Has a Thinking Style by Lanna Nakone. A guide to Recognizing and Fostering each Child’s natural Gifts and Preferences - To help them learn, Thrive, and Achieve.
Judulnya cukup menarik, karena belakangan ini aku dan Mas Agus cukup dibuat bingung dengan tingkah polah dua malaikat kecilku karena kadang-kadang mereka bisa berubah menjadi little devils. Akupun membawa pulang buku ini dan berharap bisa membacanya sebagai buku pengantar tidur atau teman menikmati muffin. Sebagai seorang ibu dari dua gadis kecil yang memiliki karakter yang sangat berbeda, seringkali aku berpikir, pola asuh seperti apa yang tepat buat anak-anakku? Setelah membaca bab pertama, aku segera ingin menyelesaikannya karena buku ini ternyata memberikan banyak masukan dan cukup memberikan jawaban bagiku yang terkadang merasa berjalan dalam gelap dan sedikit frustrasi melihat tingkah dua gadis kecilku yang sangat melelahkan.
Lana Nakone melalui riset terakhirnya membagi karakter anak menjadi 4 macam yaitu penguin (maintainers style), anjing (harmonizers style), kuda (innovators style), dan singa (prioritizers style). Tulisannya yang terstruktur dan bahasanya yang mudah dipahami serta dibantu dengan cerita, ilustrasi, dan langkah demi langkah dalam pendekatan terhadap setiap karakter anak membantuku lebih memahami keunikan mereka. Akupun kini harus memiliki pendekatan yang berbeda sehingga mereka lebih nyaman dan gembira dalam menjalani hari-harinya. Aku tahu itu tidak semudah teori di dalam buku ini. Aku juga tahu buku ini hanya alat bantu, tapi aku juga tahu…..

Chika-ku mungkin seorang “Penguin”.

Hari Sabtu siang. Seperti biasa, kami menjemput Chika & Caca dari kursus balletnya. Karena cuaca cukup cerah, Mas Agus membelokkan mobil ke arah luar kota - Inverleigh. Kami sekedar ingin mencari tempat piknik untuk menikmati makan siang. Tetapi sungguh sangat menjengkelkan, ketika Chika (waktu itu berumur 7 tahun) dengan bossy memberikan pernyataan bahwa dia tidak ingin jalan-jalan, disusul dengan suara sesenggukan tangis yang ingin memperjelas nada protesnya. Saat itu yang ada di pikiran kami adalah Chika terlalu bossy dan kami ingin dia mau mengerti kepentingan orang lain. Selama perjalanan dan makan siang dia terus menunjukkan wajah masam dan mata sembab. Akhirnya kamipun pulang dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Seorang penguin sangat menikmati rutinitas, sesuatu yang teratur dan terprogram dengan jelas. Sehingga dia tidak terlalu menyukai kejutan. Aku baru menyadarinya setelah membaca buku ini. Chika sebenarnya tidak bossy tetapi dia ingin semuanya terencana. Perjalanan mencari tempat piknik, yang kami pikir akan menyenangkannya ternyata bagi dia adalah sesuatu yang di luar program. Pada hari itu, dia ingin menyelesaikan bacaannya sepulang dari kursus ballet, sehingga hari berikutnya dia bisa ke perpustakaan untuk meminjam buku yang baru. Aku baru ingat bahwa Chika selalu membuat daftar apa saja yang harus dibawa dan diperlukan kalau kami akan pergi ke suatu tempat. Dia akan menikmati tugasnya mengingatkanku apa saja yang masih belum terbawa di keranjang piknik atau di tas ransel kami. Betapa senangnya dia kalau diajak membuka peta oleh ayahnya kalau akan merencanakan suatu perjalanan disaat liburan. Dan dia dengan senang hati mencatat di buku kecilnya jam keberangkatan serta jarak tempuh setiap kami mengadakan perjalanan ke suatu tempat yang baru. Di sekolah, Chika juga selalu dijadikan role model bagi teman-temannya karena ketepatannya dalam mengerjakan semua tugas yang diberikan kepadanya. Dan sekarang di usianya yang belum genap 9 tahun, dia mempunyai jadwal untuk membantuku mencuci piring di hari yang telah terjadwal yaitu hari Minggu, Senin, dan Rabu. Sungguh bersyukur kami memiliki seorang penguin di rumah kami. Dan betapa bersyukurnya dunia memiliki maintainers seperti engkau, Chika. Karena kalau tidak betapa kacaunya dunia ini.

Caca, engkaukah Si “Harmonizer?”

Selalu cekakak-cekikik dengan teman-temannya di ruang ganti ballet. Atau asyik bermain hide and seek di ruang tunggu kalau kami agak terlambat menjemputnya - itulah Caca. Tidak terlalu perduli siapa the best friend karena bisa bermain dengan siapa saja. Terkesan santai, dan hampir tidak terlihat punya ambisi untuk mencapai sesuatu. Tapi bukan berarti dia tidak berprestasi lho!..., prestasi akademisnya sangat menonjol, sejak preparation class, Caca selalu mengikuti semua aktivitas class di atasnya. Tahun lalu, selain mendapat penghargaan General Excellence Award, Caca juga mendapat gold medallion di bidang olah raga. Kalau di dalam kelas, Caca sangat tahu apa yang harus dikerjakan dan yang tidak perlu dilakukan. Hal ini yang sangat mengejutkanku. Di usianya yang waktu itu belum juga genap 6 tahun, dia sudah bisa menganalisa lingkungan kelasnya dengan baik. Dia sangat mengerti keinginan gurunya atau teman-temannya. Kalau gurunya sedang ingin menjelaskan sesuatu tanpa ingin diinterupsi, Caca akan menunggu dengan sabar untuk memberikan komentar dengan mengangkat tangan terlebih dahulu. Dia tahu membantu temannya ketika mendapat tugas di friendship stop, tanpa ingin menonjolkan kelebihannya dalam mencatat nama atau alat permainan (padahal dia tahu persis, temannya yang bertugas bersamanya tidak terlalu bisa mengeja atau menulis). Mungkin inilah kelebihan Caca-ku, dia ingin semuanya berjalan dengan damai, tidak perlu bersitegang atau rebutan untuk mendapatkan tugas atau kedudukan. Setiap pulang sekolah, aku selalu melihat Caca asyik mengobrol atau kejar-kejaran di oval bersama teman-temannya. Tetapi kalau sudah di rumah Caca tahu bahwa dia boleh bebas melakukan kemauannya termasuk… sangat sulit dibangunkan dipagi hari, sulit disuruh mandi, dan makan luaaaama … sekali. Bagi orang lain waktu terus berjalan cepat, bagi Caca waktu seperti merangkak. Tapi lucunya ini hanya terjadi di rumah. Di sekolah semua tugas dikerjakannya dengan baik dan tepat waktu. Mungkin seperti anjing yang menjadi symbol harmonizer, dia hidup riang dan selalu bergembira bila dikelilingi teman-temannya. Dia tidak terlalu mementingkan diri sendiri, yang penting dia bisa hidup nyaman dan damai. Caca….Caca…. kamu sungguh tahu menyenangkan hati setiap orang. Tetapi kamu juga tahu bahwa rumah adalah tempat paling bebas di dunia karena semua orang menerimamu apa adanya - baik kelebihan atau kekuranganmu. Home sweet home itulah juga kalimat yang sering dilontarkan Caca kalau kami sampai di rumah sepulang dari jalan-jalan.